Upacara
ini adalah merupakan suatu upacara Adat tradisional masa hamil yang berlaku di
Morge Siwe di masa-masa yang lalu atau masa sebelum adanya ilmu Kedokteran dan
Kebidanan yang canggih dewasa ini.
Ilustrasi
|
Cara-cara
upacara adat ini hanyalah merupakan sejarah Adat Morge Siwe lalu dan sekarang.
Segala sesuatunya itu tlah di tangani oleh B . K . I . A . atau klinik Bersalin
dari masa hamil sampai dengan masa lahirnya hingga sampai menjelang umur Belita
tetap di periksa oleh Bidan / Dokter.
Menurut
Adat / Kebiasaan yang masih dapat di laksanakan, masih di terima oleh akal dan
pikiran di samping tidak bersentuhan nenyalah dengan hokum – hokum Agama antara
lain :
1. Kalau
bayi selesai dirawat (dimandikan) oleh Bidan, maka bayi tersebut lalu di
azankan oleh orang tau atau nenek di sebelah kanan telinganya dan qomat di
sebelah telinga kirinya. Hal ini di maksudkan behwa menurut ajaran tauhid agar
si bayi yang baru lahir itu ( panca indranya belum berpungsi sempurna
kecuali telinganya ) di utamakan untuk mendengar yang pertama kali adalah
tauhid :
2. Masalah
mengantar petuwuian masih tetap dilaksanakan atau dilakukan selama yang
bersangkutan masih mampu.
3. Masalah
penanaman Tebumi juga tetap di benarkan .
4. Masalah
peresmian nama dan upacara sedekah Marhaban bagi keluarga yang mampu .
Berdasarkan
penjelasan di atas, denga demikian kesemuanya, selesai yang di cantumkan
1 s/d 4 di atas, tidak lagi merupakan Adat yang harus di laksanakan oleh
masyarakat.
Sedekah Masa Hamil
1. Pegertian
Sedekah masa hamil adalah salah satu bentuk upacara pada hakekatnya menghendaki
kelahiran bayi dengan selamat termasuk ibunya. Untuk menjaga keselamatan
bayi dalam kandungan dan si-ibu yang mengandung sejak dia pembuahan,
dimintahlah keluarga yang bersangkutan kepada sangdukun untuk memberikan
bantuannya.
Adapun
upacara kehamilan tersebut terdiri tiga tahap yaitu pertama sedekah berunus,
kedua belangir dan ketiga sedekah tahkui siwe (telor sembilan ). Untuk pertama
kali diadakan S E D O K A H B E R U N U S itu yaitu pada saat setelah di
ketahui si ibu mengandung . Adapun tujuannya agar para yang di undang dapat
memberikan do’a selamat kepada si ibu yang mengandung dan bayi yang di
kandungnya.
Setelah
selesai sedekah berunus pertama kali, maka di ikuti dengan pemasangan
tanggal-tanggal.Sedekah berunus dan belangir ini usia kandungan si ibu 3 (tiga)
bulan dan 7 (tujuh) bulan Setelah kandungan berusia 9 (sembilan) bulan,
maka di adakanlah Sedokah Tahlui Siwe (sedekah telor sembilan).
Sedekah
Tahlui ini adalah suatu permohonan kepada wali Sembilan untuk menberika
perlindungan kepada si ibu yang mengandungdan dan bayi yang di kandung, kiranya
hal-hal yng tidak di inginkan akan terhindar. ( Sembilan telor melambangkan
Wali).
Sedekah
Belanggir,Berunus , memasang tangkal maupun tahlui siwe dapat bimbingan dari
dukun dan dukun ini selalu mendampingi para pelaku upacara dan terkadang dalam
hal tertentu dukun sendiri yang melakukannya.
Dukun
ini membuat ramuan upacara, memberikan petunjuk,baik berupa lambang-lambang ,
sajian-sajian dan dukun jugalah membaca segala mantera dan ibu dan yang lainnya
mengikuti segala apa yang diperintahkan si dukun, kecuali sedakah tahlui siwe
dan acara do’a hal ini sudah ikut campur para alim uluma.
Apabila
semua hal tersebut di atas semau telah di lakukan, maka para keluarga yang
bersangkutan merasa kewajibannya telah di lakukan dan mereka berkeyakinan bila
terjadi hal yang tidak diinginkan, maka semua itu adalah suratan tangan (
Takdir IIIahi).
2. Tehnis
Penyelenggaraan Masa Hamil.
Sedekah masa hamil dan sedekah
berunus adalah sedokah yang ada kaitannya dengan belangir. Sedokah ini
di lakukan pada masa bayi yang di
kandung berusia 3 ampai dengan 7 bulan, sedang sadakoh tahlui
siwe adalah sadakoh setelah bayi
dalam kandungan berusia 9 bulan.
Sedakoh
berunus diambil dari makanan yang bahannya terbuat dari tepung beras.Ada yang
berwarna merah, karena di campur dengan gula aren dan ada pula yang berwarna
putih ,karena dicampur sedikit gula dan garam dan santan kelapa . cara
memasaknya digodong dengan air seperlunya bentuknya hampir bentuk dodol.
Sedakoh tahlui siwe,nama ini diambil dari bahan pokok santapan sedekah,ialah
telor yang jumlahnya 9 buah yang memberi arti bahwa sedakoh tersebut masa bayi
berusia 9 bulan dalam kandungan.
3.
Maksud dan tujuan upacara.
Adapun
maksud tujuan upacara belangir,sedekah berunus dan sedakoh tahlui
Siwe
adalah sebagai berikut
a. Belangir
maksud
tujuannya,ialah agar si ibu yang mengandung dan bayi yang dikandungnya mendapat
kewarasan/sehat wa’afiat serta terhindar dari ganguan,suci dan putih hatinya
b. Sedakoh
berunus.
Maksud
tujuan,ialah ibu yang mudah melahirkan serta ibu dan anak sehat, tidak.ada
ganguan dari mahluk halus. Disamping itu sebagai permohonan minta bantuan sang
dukun untuk pemeliharaan bayi yang dikandung sampai melahirkan.
.
c. Sedakoh tahlui siwe
Maksud
dan tujuannya,meminta pada wali-wali sembilan agar dapat memberi
Perlindungan
sehingga tidak ada ganguan dari mahluk halus,,seperti kuntilanak,mendapat
kewarasan dan sebagainya
4.
Tahap-tahapnya
a. Belangir
pertama menyiapkan akomodasi belangir,kedua memberi jampian,bahan
belangir,melaksanakan belangir.
b. Sedokah
berunus : adalah kegiatan belangir yang tahap-tahapnya adalah:
1).
Mempersiapkan akomoda.
2).
Datang kerumah dukun menyampaikan sedokah berunus, kecuali sedokah tersebut
diadakan dirumah yang bersangkutan, maka tahapnya
Mengundang
tetangga dan kiyai untuk membaca doa selamat dan memasang tangkal-tangkal.
c. sedokah
tahlui siwe: tahap-tahapnya :
1.
menyiapkan akomodasi/bahan-bahan sedokah berumus, kecuali sedokah tersebut
diadakan dirumah yang bersangkutan dipilih diantara pengunjung masjid 9
(sembilan) orang.
5. Perlengkapan
Upacara
Adapun
perlengkapan upacara Belangir, sedokah berunus dan sedokah Tahlui Siwe adalah
sebagai berikut :
a. Belangir,
perlengkapan meliputi :
1.) Jeruk nipis jumlahnya disesuaikan
dengan umur bayi dalam kandungan 3 (tiga) buah kalau 3 (tiga) bulan, 5 (lima)
buah kalu 5 (lima) bulan dan seterusnya.
2.) Satu buah mangkuk putih .
3.) Uang OMOT (uang imbalan untuk dukun
agar jampian makbul)
4.) Air Putuh.
b. Sedokah
Berunus,
perlengkapannya meliputi :
1.) Beras 3 (tiga) canting susu
2.) Satu butir telur ayam (diberikan
kepada dukun)
3.) Segumpal, semacam ketupat
pembalutnya daun kelapa
4.) Lemang
5.) Mangan (sirih berikut ramuannya siap
dimamah)
6.) Tangkal meliputi, ban-ban tubuh
(tumbuhan yang batangnya licin sebesar telunjuk).
7.) Daun kembang
8.) Kapur sirih.
9.) Gambar orang-orangan dari
kapur sirih atau daun nanas dan daun landak.
c. Sedokah
Tahlui Siwe, perlengkapan meliputi :
1.) 9
(sembilan) butir telur ayam rebus.
2.) Santan
kelapa.
3.) Garam.
4.) Beras,
dimasak nasi gemuk / uduk.
5.) 9
(sembilan) piring untuk wadahnya
6. Jalannya
Upacara
Adapun jalan upacara belangir, sedokah berunus dan sedokah
tahlui siwe adalah sebagai berikut.
Belangir
pertama kali si wanita merasakan ada kelaianan pada
tubuhnya, maka orang tua si wanita mendatangi sang dukun beranak untuk
memastikan apakah kelainan ini bertanda, bahwa ia sudah hamil. Sang dukun
menyuruhnya sebentar segara melakukan langir (keramas). Umumnya masa hamil itu
baru ketahuan setelah 3 (tiga ) bulan kandungan. Belangir ini di lakukan sampai
tiap kandungan berumur 3 (tiga), 5 (lima ), 7 (tujuh ), dan 9 ( sembilan )
bulan. Jadi sebaiknya 4 ( empat ) kali dan bahkan ada yang melakukannya tiap
waktu trersebut sampai dua kali. Pertama adalah MENJAMPIKAN jeruk yang di
perlukan ( jumlahnya di sesuaikan dengan umur kandungan ), kepada dukun atau
kiyai atau siapa saja yang dianggap perlu atau mengerti. Oleh si pejampi
sebelumnya si pejampinya jeruk itu dipotong ujung pangkalnya, kemudian dibelah
empat urungan, baru dijampi. Jeruk tersebut di masukkan dalam mangkok putih
yang berisi air, kemudian jeruknya dipijit-pijit hingga keluar airnya dan
bercampur dengan air yang telah ada dalam mangkok tersebut.
Tempat penyelenggaraan belangi ini, dalam rumah bersangkutan
atau di pangkal rumah teratas dan umumnya kebanyakan di rumah pemandian, (
kumayan, gelugur ). Setelah air jeruk yang di jampi dan diperas tersebut di
minumkan kepada si ibu hamil sebanyak 3 ( tiga ) teguk kemudian sisanya
tekotirkon atau diperkecikan tiga sampai tujuh kali dan sisa nya disiramkan
kekepalanya hingga menmgalir kebadan atau ketubuh, setelah itu yang
bersangkutan disuruh mandi. Sampai disini selesai upacara belangir.
Sedokah Berunus
Merupakan kelanjutan dari acara belangir dan diadakan hanya
satu kali saja, yaitu umumnya setelah kandungan berumur 3 (tiga) bulan. Setelah
semua akomodasinya lengkap dan siap, maka didatangilah dukun untuk menyampaikan
sedekah di atas, dengan membawa 3 ( tiga ) canting beras dan satu butir telur
ayam. Sedekah berunur kemudian di teruskan di rumah si wanita hamil dengan
mengundang tetangga dan kiyai. Acaranya membaca do’a selamat, kemudian
nenyantap sajian yang terdiri dari :
- berunus
merah
- berunus
keputihan
- sekubal
- lemang,
dan
- mangan
- (
sirih berikut ramuannya yang siap untuk di mamah yang jumlahnya sama dengan
usia kandungan )
Setelah selelai upcara di atas, maka ahli rumah melakukan
pemasangan tangkal-tangkal yaitu :
- menanam
ban-ban tubuh pada empat sudut rumah dekat tiang
- menggantungkan
daun kobang pada empat sudut rumah pada ijung kitau dan dilis dengan kapur
sirih gambar orang-orangan
- atau
menggantung daun nenas pada sudut empat luar rumah dan ditengah bagian bawah
lantai rumah juga digantungi daun nenas dan landak.
sedokah tahlui siwe
Sedokah tahlui siwe (sembilan telor ayam) ini di lakukan,
setelah bayi dalam kandungan berusia 9 (sembilan) bulan dan dapat dilakukan
dirumah yang bersangkutan dimasjid.
Kalau dirumah, maka yang di undang hanya sembilan orang yang
dipilh kelurga mahir melaksanakan upacara tersebut.
Setelah undangan datang, maka membacakan do’a sebanyak 9
(sembilan) kali, dimana do’a ini mohon pertolongan pada wali-wali sembilan,
agar memberikan perlindungan semoga yang bersangkutan selamat terhindar dari
segala macam gangguan.
Di hadapan masing-masing sembilan orang tersebut telah
menghidang sembilan nasi gemuk atau uduk yang di atasnya sebuah telur ayam
rebus yang sudah di kupas kulitnya.
Setalah pembacaan do’a selesai, disantaplah makanan tersebut
dan selesailah upacara tahlui siwe.
Adat dan kebiasaan di atas terjadinya masa lalu, karena
belum kuatnya agama islam dan masih jauhnya pengobatan oleh dokter dan bidan.
Upacara Melahirkan Bayi.
Tahap-tahap
upacara melahirkan bayi :
1. Rubun
Anjung / cakat nyak lantai
2. Nuaikon
sanak (mandikan bayi)
3. cangkaruk
4. Bejage-jage
(berjaga-jaga)
5. Ngoni
/ Ngantat petuwui-an (Antar tempat tidur bayi)
6. Berusap
(cuci muka)
7. Nurunkan
sanak (Menurunkan bayi ke tanah).
Rubun Anjung / Cakat nyak lantai.
Jalannya upacara anjung, dimulai selang beberapa hari dari
lahirnya bayi sampai malam harinya, kecuali bayi lahir pada malam hari, maka
upacara di mulai malam itu juga sampai siang (esok harinya).
Para tetangga bertandang berkat adanya isyarat dengan di
bunyikannya lesung oleh keluarga bersangkutan. Isyrat memukul lesung sebanyak
tiga (3) kali berarti bayi yang baru lahir itu adalah laki-laki dan bila di
bunyikan sebyak dua (2) kali, berarti bayi yang lahir itu perempuan. Ada juga
keluarga mengganti suara lesung itu dengan menyulut mercon sebanyak tiga (3)
dan untuk lelaki dan dua (2) dan dua untuk perempuan.
Berkat adanya isyarat tersebut tetangga menjadi tahu, bahwa
bayi telah lahir, maka berdatanganlah mereka pada pagi, siang, malam harinya
tergantung kesempatan yang ada pada mereka.
Kedatangan mereka ini adalah suatu pernyataan turut
bergembira telah lahirnya bayi tersebut, lebih-lebih ibu dari anak dalam
keadaan selamat sehat wal’afiat. Hadir juga para pemuda pemudi / muali-maunai
ia menggembirakan suasana dan membunyikan / menabuh gong / wak-tawak dan
terbangan.
Disamping dalam suasana bergembira dalam bersenda gurau
tidak ketinggalan dengan sorak hak……haai……jii…….secara berulang-ulang.
Secara bersama-sama memasak kut-kut handak (bubur putih)
sebagai selama santapan selama yang berkunjung saat itu. Bila bubur telah masak
disajikan wadahnya piring dengan sendok daun kelapa yang di potong-potong
sebagai pengganti sendok. Upacara ini disebut rubut anjung.
Nuaikon sanak (mandikan bayi).
Upacara ini dilakukan pada saat bayi dimandikan untuk
pertama kalinya. Upacara ini dilakukan simple sekali, yaitu hanya dilakukan
saat memandikan bayi tersebut.
Setelah siap segala akomadasinya di periksa sang dukun, maka
mulailah acarannya.
Pertama kali sang dukun mengambil ember bujuk ( ember
lonjong ). Tempat memandikan si bayi dan di isi olehnya dengan air seperlunya.
Air yang di tuangkan di campur dengan beberapa ramuan.
Ramuan terdiri dari ;
- Caluk
/ Terasi, tujuan si bayi kelak pintar atau ahli memancing.
- Pena
/ pensil agar sibayi kelak menjadi juru lukis
- Alat
tukang kayu,agar kelak menjadi tukang kayu yang ahli,
- Emas
dan perhiasan ,agar kelak si bayi di senangi orang,
- Paku,agar
si bayi terhindar dari penyakit sawan ( step ) dan sebagainya.
Semuanya
itu tergantung apa yang di inginkan oleh ayah, Ibu , Neneknya kelak untuk
menjadi apa Campuran tersebut layaknya seperti suatu do’a atau cita-cita orang
tua apa yang kelak di inginkan terhadap si-bayi.
Setelah air
dan ramuan itu siap, maka bayi dimandikan oleh sang dukun, seperti layaknya
memandikan bayi sebagaimana biasa.
Selesai memandikan, untuk pertama
kali bayi akan di susukan oleh si-Ibu dan didahului ole ayahnya. Hal ini
bermaksud agar bayi tersebut jangan ada ALERGI (istilah kayuagung pantangan).
Selain kegiatan diatas, pada sa’at memandikan bayi tersebut si-ayah bayi
menanamkan TEMBUNI..
Tembuni ditanamkan dibawah batang kayu yang rindang atau disimpang jalan.
Sebelum ditanamkan tembuni itu terlebih dahulu dibungkus dengan kain putih dan
diberi dengan sedikit nasi, uang logam, ikan serta
gula.
Setelah dimasukkan dalam periuk belanga tanah liat atau dalam kaleng serupa,
barulah ditanam maksud dari penanam tembuni, agar si-anak kelak disenangi orang
dan banyak kawan.. usai semuanya, maka selesailah acara nuwaikon
sanak.
Cangkaruk
Upacara cangkaruk adalah berkaitan dengan
upacara rubuh anjung dan nuwaikon sanak. seperti telah diuraikan setelah bayi
lahir, maka para tetangga berdatangan mengucapkan selamat atas kelahiran bayi,
dan kehadiran mereka hasil dari memukul LESUNG atau suara MERCON.
Kepada tamu yang LILIK ini disajikan cangkeruk. Makanan ini
bila dimakan akan berbunyi seperti makanan kerupuk layaknya . bunyi menghiaskan
rasa gembira para tamu, seperti riuh rendah orang bergembira, tertawa, menyanyi
bersorak dan sebagainya atas kelahiran bayi ini.
Inilah wujud dan bentuk upacara tersebut berakhir sampai tergantung
masi ada tamu.
Bejage-jage ( Berjaga-jaga)
Sa’at upacara bejage-jage ini erat hubungannya tahap 1
sampai dengan 3 (tiga) dan diadakan pada malam hari . Pada malam itu selain
para tetangga yang datang, juga para sahabat dan ahli famili, yang ikut
berjaga-jaga tidak boleh tidur sampai menyingsingfajar.
Sa’at berjaga-jaga secara bergiliran mengelilingi rumah
kalau-kalau ada yang terlihat aneh pada rumah sekelilingnya, seperti mahluk
halus dan mereka usir denga membawa ayat-ayat Qur’an atau jampian lainnya
(gangguan dari kuntilanak).
Berjaga-jaga ini di lakukan dan
bahkan mencapai 40 (empat puluh) malam, setelah bayi dilahirkan dan secara
bergiliran dan cukup 2 (dua) orang pada setiap malam.
Ngoni/Ngantat Petuwuian
(Ngantar Tempat Tidur Bayi)
Upacara ngantatati
petuwuian,dilakukan pada hari kelahiran pertama dan kedatangan sampai pada hari
ketiga. Upacara ini adalah mengantar/memberi ranjang kecil ukuran bayi lahir
serta perlengpannya sebagai pemberian pihak keluarga si-Ibu yang melahirkan.
Rombongan yang mengantar PETUWUIAN
ini terdiri dari kaum ibu famili dari si-Ibu yang melahirkan dan muda-mudi
(mouli muanai) dari dusun asal si-Ibu yang melahirkan.Mereka membawa ranjang
kecil serta perlengkapanya sambil berjalan beriring bergembira dan tak ketinggalan
sorak gembira khas Kayuagung haa……haaaaai……yiiiiiiiii, Selain ikut membawa
ranjang mereka juga ikut melihat bayi yang baru lahir, sebagai pernyataan turut
bergembira.
Setelah sampai ditujuan,di sambut
pihak keluarga lelaki/suami si-Ibu yang melahirkan.Rombongan di persilakan naik
dan masuk rumah, serta melihat bayi.Dalam kesempatan ini Rombongan di sajikan
minuman dan makanan ringan adakadarnya sebagai pelepas haus dan lapar.
Upacara ini khusus berlangsung bagi
anak yang pertama saja, untuk anak selanjutnya menurut unformasi yang
diterima jarang dilakukan, senbab wujudnya selain ikut bergembira juga untuk
mempererat hubungan Sabai ( Besan ) menurut Adat yang berlaku.
Ad. 6 Berusap (cuci muka)
Jalannya upacara berusap, dilakukan setelah berumur 3 (tiga)
hari dari kelahiran bayi, sebagai penutup tugas dukun serta ucapan terima kasih
keluarga, atas kelahiran bayi tersebut sehat dan selamat.
Upacara singkat sekali, dimana dalam melakukan upacara si
dukun diundang secara khusus untuk melakukan upacara tersebut.
Setelah
dukun datang, olehnya diperiksa segala kondisinya yang diperlukan berkaitan
dengan upacara ini. Si dukun mengambil air kelapa dan di jampilah air kelapa
itu dan air kelapa yang yang dijampi tadi disuruh si Dukun untuk mencuci muka
si- ibu yang melahirkan. Cuci muka dengan air ini maksudnya, agar mata si-ibu
bayi jangan kabur.
Selesai berusap (Mencuci muka), perut si-ibu di urut dukun,
usai ini kemudian disuruh dukun ngotop sahang siwe (makan garam dan lada)
sedikit. Maksud menggigit sahang dan lada ini, agar penyakit yang ada selama
ini tidak akan kembali, disamping segabai tanda atau simbol, bahwa tugas
siDukun dalam membantu melahirkan telah berakhir atau selesai.
Apabila semua acara telah dijalankan pindah tempat tidur
dari tempatnya semula waktu menunggu kelahiran bayinya dan baru boleh memakai
kelambu.
Ad. 7 Nurunkan Sanak (Menurunkan bayi ketanah)
Upacara jalannya nurunkon sanak (menurunkan si bayi ketanah)
adalah sebagai berikut : Pagi-pagi hari sang dukun datang kerumah yang
melahirkan, membawa anak yang lahir kepangkal tangga bagian wabah kemudian bayi
tersebut IJAKKAN KAKINYA KE BUMI (Tetano) dengan diiringi menghamburkan Beras
dan kunyit yang dicampuri dengan uang logam beberapa keping untuk diperebutkan
oleh anak-anak yang hadir disitu atau memang sengaja di undang untuk acara ini.
Tujuannya agar si anak tersebut, kalau sudah dewasa
bersedekah, tidak kikir dan disenangi orang.
Kebanyakan pada hari itu, kalau si anak laki-laki diberikan
nama dari kakeknya (bakas) dan kalau perempuan akan mewarisi nama Neneknya
(Niai) dan nama ini diberikan oleh orang tuanya atau setidak-tidaknya sebagai
panggilan sehari-hari.
Dengan selesai nurunkon anak, maka selesai pulalah Adat
Upacara kelahiran Bayi.
Sumber : Buku Adat Istiadat Morge
Siwe Kayuagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar